Darurat! Ini Upaya Anies Baswedan Atasi Krisis Iklim
|Jika kamu beranggapan bahwasannya naiknya permukaan air laut karena peristiwa perubahan iklim, maka ada yang salah dengan kepekaanmu terhadap alam ini. Karena siklusnya bukan lagi ada di fase perubahan iklim tetapi alam ini sudah ada di fase krisis iklim.
Krisis iklim di Indonesia pun sudah sangat mengkhawatirkan, bagamana tidak? Naiknya permukaan air laut sudah mengancam kedaulatan nasional. Karena tenggelamnya pulau-pulau terdepan yang menjadi batas Indonesia dengan negara lain.
Meskipun jumlah warga di pulau terdepan Indonesia tidaklah banyak seperti pulau Jawa, tapi merekalah garda terdepan kedaulatan negara. Sehingga kesulitan mereka jangan dianggap lumrah, perlu upaya yang nyata untuk menyelamatkan mereka dan Indonesia tentunya.
Mau Penyelesaian Target Tinggi Tapi Realisasinya Kurang
Pernyataan tersebut memang nyata adanya, banyak komitmen yang terbuat dan bertekad untuk segera menyelesaikan masalah krisis iklim. Bahkan target penyelesaiannya tinggi, tapi pencapaiannya masih di bawah target. EPI Indonesia bahkan menunjukkan kalau Indonesia ada di urutan 164 dari 180 negara yang performa lingkungannya buruk.
Miris bukan? Ternyata penyelenggara negara ini belum menganggap krisis iklim sebagai prioritas. Kalau sudah begini haruskah kita sebagai warga negara hilang harapan? Kalau bisa jangan dulu, karena Anies Baswedan sudah membuktikan kalau masalah krisis ini bisa diselesaikan.
Anies Baswedan Berikan Contoh Penyelesaian Krisis Iklim
Anies Baswedan terus berupaya untuk mencari penyelesaian yang efektif untuk krisis iklim di Indonesia terutama di Jakarta. Indonesia butuh solusi yang komprehensif, mengingat dampak dari krisis ini bersifat multisektor. Dan kita harus ikut mengambil peran dalam menyelesaikan masalah nasional ini.
Berikut ini beberapa gagasan yang sudah dirintis oleh Anies Baswedan di Jakarta, dan harapannya solusi ini tidak hanya hadir di Jakarta melainkan di semua daerah di Indonesia.
-
Membangun transportasi yang terintegrasi
Anies Baswedan mulai merubah paradigma transportasi konvensional, yang mana tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi melainkan mengutamakan menggunakan transportasi umum yang terintegrasi.
Hasilnya bisa dilihat, pada tahun 2021, jangkauan wilayah dengan transportasi umum sudah meningkat 2 kali lipat. Terbukti dengan jumlah penumpang Trans-Jakarta yang sudah lebih dari 1 juta penumpang tiap harinya. Dampaknya pun bukan hanya pada lingkungan tetapi pembiasaan penggunaan transportasi umum juga berdampak secara sosiologis.
-
Perbaikan tata kelola lingkungan
Jika kita perhatikan Jakarta merupakan kota dengan padat penduduk, yang mana membuat taman kota semakin sempit, ruang terbuka hijaupun menjadi lebih sedikit. Dengan adanya perbaikan gagasan tata kelola lingkungan, bukan hanya mobilitas yang menjadi semakin praktis. Tetapi Jakarta sudah memprioritaskan pejalan kaki dan pesepeda. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan 265 km trotoar dan juga 103 km jalur sepeda yang bisa dinikmati oleh warga.
Dari perubahan tersebut kini 91% dari warga Jakarta lebih dekat dengan taman kota, yang mana hanya 800 meter. Hal ini karena telah dibangun dan direvitalisasi 428 taman dan 48 hutan kota yang ada di daerah Jakarta.
Secara sosial adanya pembangunan ini juga memperlihatkan dampaknya. Dimana fasilitas seperti trotoar, jalur pesepeda, dan taman membuat warga bisa berinteraksi dengan lebih akrab.
-
Pemenuhan kebutuhan dasar warga Jakarta
Selain mobilisasi dan tata kelola lingkungan yang menjadi lebih nyaman, kebutuhan dasar warga juga diusahakan untuk dipenuhi. Hal ini terlihat dari upaya penyediaan air bersih, memperbanyak ruang terbuka hijau, mengadakan pengelolaan limbah dan sebagainya.
Bahkan sudah ada Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 31/2022 yang membahas terkait Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan Provinsi DKI Jakarta.
-
Komitmen Jakarta untuk atasi krisis iklim
Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Anies Baswedan juga berimbang dengan komitmen mereka dalam menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 30% di tahun 2030. Komitmen tersebut juga sudah hampir menunjukkan hasilnya, di tahun 2020 emisi gas rumah kaca daerah Jakarta sudah berkurang hingga 26%.
Sebagai catatan angka-angka ini adalah bukti bahwa warga Jakarta telah mengalami peningkatan kualitas hidup karena lingkungan mereka yang menjadi lebih sehat.
Serentetan upaya ini apabila dilakukan secara konsisten dan terus dikembangkan maka skala dampaknya akan semakin besar. Bukan lagi hanya di DKI Jakarta tetapi daerah pesisir yang terancam tenggelam karena krisis iklim pun akhirnya bisa tersolusikan. Untuk itu mari berkolaborasi, perubahan iklim bukan problem masa depan tetapi problem yang harus diprioritaskan. Agar warga Indonesia dimanapun mereka berada bisa mempunyai kualitas hidup yang lebih baik.